Monday 15 June 2009

MEMAKNAI HASIL UJIAN NASIONAL


MEMAKNAI HASIL UJIAN NASIONAL
SECARA NORMATIF DAN PRAKSIS


Sebagian besar pelajar SMA/MA di tanah air telah dapat menghela nafas lega, pasalnya pada hari Sabtu, 13 Juni 2009 dan hari Senin 15 Juni 2009 sebagian besar satuan pendidikan telah menyampaikan hasil ujian nasional sekaligus mengumumkan kelulusan siswa kelas XII tahun pelajaran 2008/ 2009. Berbagai ekspresi wujud kegembiraan ditunjukkan para pelajar yang dinyatakan lulus, sementara di lain pihak beberapa pelajar harus menerima kenyataan pahit, dinyatakan tidak lulus dari satuan pendidikan, lantaran tidak lulus ujian nasional.
Lulus ujian nasional ,apakah pasti lulus di satuan pendidikan SMA/MA ...... ?
Kemungkinan masih banyak warga masyarakat bahkan sebagian akademisi dan praktisi pendidikan yang memiliki persepsi keliru berkenaan kriteria kelulusan pelajar pada tingkat satuan pendidikan. Dari penjajagan sementara terhadap beberapa orang tua/ wali siswa dan sebagian rekan praktisi pendidikan, diperoleh data kecenderungan bahwa masyarakat masih mempersepsikan jikalau anaknya lulus ujian nasional berarti lulus dari SMA/MA.
Guna mendapatkan persepsi yang utuh tentang kriteria kelulusan, secara normatif kita simak kembali klausul pasal 71 ayat (1) dan ayat (2) PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan berikut ini.
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah setelah :
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
b. Memperoleh minimal nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mapel agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, jasmani, olah raga dan kesehatan.
c. Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mapel ilmu pengetahuan dan teknologi,dan
d. Lulus ujian nasional
Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai kriteria yang dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri .
Lebih lanjut pengaturan tentang kriteria lulus ujian nasional bagi pelajar SMA/MA diatur dalam pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) Permendiknas No.77 tahun 2008 tentang Ujian Nasional SMA/MA tahun pelajaran 2008/2009 berikut ini
Peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan UN sebagai berikut :
Memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.
Pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai sebagaimana di maksud di atas, sebelum pelaksanaan UN.
Dari klausul di atas, dapat dipahami bahwa secara normatif lulus ujian nasional belum tentu dinyatakan lulus pada satuan pendidikan. Lulus ujian nasional hanya merupakan satu dari empat kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang pelajar SMA/MA untuk dapat lulus pada satuan pendidikan.
Dari klausul yang tertuang pada peraturan perundangan di atas, sekaligus membuka cakrawala pandang kita, khususnya akademisi dan praktisi pendidikan bahwa pemerintah telah memberikan frame of reference kriteria kelulusan yang komprehensif dan utuh. Semua mata pelajaran yang diajarkan di SMA/MA mendapatkan bobot yang sama pentingnya dalam penentuan kelulusan pelajar pada satuan pendidikan.
Secara normatif, bisa saja peserta didik dinyatakan tidak lulus dari satuan pendidikan meskipun ia lulus ujian nasional, lulus ujian sekolah kelompok mapel iptek, tetapi nilai mapel agama atau kewarganegaraan atau estetika atau penjaskes kurang baik. Demikian pula sebaliknya, penilaian akhir mapel agama atau kewarganegaraan atau estetika atau penjaskes baik, ia juga lulus ujian nasional akan tetapi tidak lulus pada salah satu mapel ujian sekolah maka secara normatif ia juga tidak bisa lulus pada satuan pendidikan.Begitu pula penilaian akhir mapel agama atau kewarganegaraan atau estetika atau penjaskes baik, ia juga lulus ujian sekolah akan tetapi tidak lulus pada salah satu mapel ujian nasional maka secara normatif ia juga tidak bisa lulus pada satuan pendidikan.
Namun secara praksis, nampaknya ada kecenderungan pensikapan bahwa lulus ujian nasional merupakan satu-satunya penentu kelulusan pelajar pada satuan pendidikan. Akhirnya tidak bisa dipungkiri, para pelajar memiliki kecenderungan memberi bobot yang berlebih pada mapel UN dan mempersepsikan bahwa mapel UN jauh lebih penting dari mapel lainnya. Fenomena ini merupaka salah satu wujud ketimpangan dalam memaknai hasil ujian nasional.
Lepas dari perdebatan di kalangan akademisi maupun praktisi pendidikan dan juga masyarakat tentang perlu tidaknya, efektif tidaknya, relevan tidaknya ujian nasional dilanjutkan dalam dinamika kebijakan pendidikan, menurut penulis selagi pemerintah memandang kebijakan ujian nasional ini urgen untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu, maka ke depan tugas para praktisi terutama para pendidik, terkait ketimpangan dalam memberi makna hasil ujian nasional, perlu ada upaya secara kontinu dan intensif untuk mensosialisasikan kriteria kelulusan kepada pelajar, orang tua, komite sekolah maupun masyarakat. Selanjutnya agar peraturan perundangan yang mengatur masalah kelulusan pelajar pada satuan pendidikan SMA/MA tersebut tidak bernilai semantik, maka perlu sikap konsistensi dari praktisi pendidikan terutama di satuan pendidikan untuk mengimplementasikan secara utuh aturan tersebut, sehingga akan dapat menghapus image bahwa lulus ujian nasional pasti lulus dari satuan pendidikan. Sekaligus akan mengokohkan urgensial semua mata pelajaran yang diajarkan di SMA/MA, karena semua ikut andil menentukan kelulusan pelajar dari satuan pendidikan.
Hasil ujian nasional, tidak berguna saat seleksi masuk perguruan tinggi....?
Fenomena lain seputar hasil ujian nasional adalah terkait masalah daya guna hasil ujian nasional bagi pelajar yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Terkesan ada diversifikasi aturan terkait sistem seleksi penerimaan peserta didik. Berikut ilustrasi daya guna hasil ujian nasional bagi pelajar yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya :
1. Nilai hasil UASBN bagi murid SD/MI, masih menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam seleksi penerimaan siswa baru SMP/MTs.
2. Nilai hasil UN bagi siswa SMP/MTs, secara umum masih menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam seleksi penerimaan siswa baru SMA/MA. Hanya untuk SMA kategori R-SBI tahun pelajaran 2009/2010 ini mengabaikan nilai UN dalam seleksi penerimaan siswa baru.
3. Nilai hasil UN bagi siswa SMA/MA, tidak menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam seleksi penerimaaan mahasiswa baru perguruan tinggi.
Seiring dengan bergulirnya otonomi daerah yang dibarengi pula otonomi bidang pendidikan, maka berimplikasi pada otonomi sekolah dalam wujud MBS maupun otonomi perguruan tinggi. Kebijakan inilah yang mungkin turut memicu diversifikasi aturan operasional sistem seleksi penerimaan peserta didik baru di masing-masing satuan dan jenjang pendidikan.
Guna mendapatkan persepsi yang utuh tentang daya guna hasil ujian nasional, secara normatif kita simak kembali klausul pasal 68 PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan jo pasal 3 Permendiknas No.77 tahun 2008 tentang Ujian Nasional SMA/MA tahun pelajaran 2008/2009 berikut ini.
Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk :
a. Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
c. Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan;
d. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Dari klausul di atas, dapat dipahami bahwa secara normatif hasil ujian nasional digunakan sabagai salah satu pertimbangan untuk dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya. Klausul tersebut bersifat imperatif bukan sebuah pilihan sebab menggunakan kalimat ”digunakan sebagai salah satu dasar seleksi ....”, bukan menggunakan kalimat ” dapat digunakan sebagai salah satu dasar seleksi ....”.
Lepas dari perdebatan di kalangan akademisi maupun praktisi pendidikan tentang relevan tidaknya hasil ujian nasional dijadikan salah satu dasar seleksi penerimaan peserta didik baru dengan berbagai alasan misalnya otonomi sekolah/perguruan tinggi, atau asumsi kredibiltas hasil ujian nasional diragukan, menurut penulis peraturan pemerintah tentang standar nasional pendidikan yang merupakan hukum positif ini harus dijunjung tinggi dan diimplementasikan dalam kebijakan pendidikan dalam tataran pelaksanaan. Idealnya, setiap satuan pendidikan dalam menetapkan kriteria dan instrumen seleksi penerimaan peserta didik/mahasiswa baru semestinya memasukkan nilai ujian nasional sebagai salah satu pertimbangan , di samping instrumen yang lainnya misalkan tes tertulis, wawancara,unjuk kerja dan lain sebagianya sesuai kebutuhan dan acuan yang ada.
Penulis mempunyai keyakinan jikalau hasil ujian nasional pada tataran praksis dijadikan salah satu dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, akan semakin menambah semangat peserta didik dalam belajar, karena hasil ujian nasional yang diperoleh nantinya tidak sekedar sebagai salah satu penentu kelulusan di satuan pendidikan akan tetapi juga menjadi salah satu dasar seleksi penerimaan peserta didik baru di jenjang pendidikan berikutnya.
Gagasan ini bisa terwujud, manakala praktisi pendidikan mulai dari dirjen pendidikan, dinas pendidikan baik provinsi maupun kabupaten/kota, satuan pendidikan dalam menetapkan aturan seleksi penerimaan peserta didik baru juga memperhatikan ketentuan PP No.19 tahun 2005 yang merupakan standar nasional pendidikan termasuk aturan operasional lainnya, sehingga akan tercipta regulasi yang sinergis dan konsisten, sekaligus mengeliminir kesenjangan kebijakan pendidikan pada aspek normatif dan praksis.

Wednesday 10 June 2009

my favourite's song


Tuesday 9 June 2009

AYAT KAULIYAH



Q.S . ALI IMRAN : 190-191
PERINGATAN BAGI ULIL ALBAB
(Orang yang berakal)
Muqadimah
Pada suatu malam di kala Rasulullah Saw telah membaringkan badannya melepas lelah bersama isteri tercintanya 'Aisyah r.a, Rasulullah Saw terlihat menangis. Bendungan air matanya pecah sehingga air mata beliau berderai membasahi pipi disertai isak dan tangis.
Melihat kenyataan itu, 'Aisyah r.a pun bertanya kepada Rasul, "Yaa Raosulullah, mengapa Engkau menangis, mengapa Engkau bersedih hati, bukankah engkau manusia yang termulia dan Allah Swt telah memberikan jaminan kepada engkau akan kehidupan Syurga ? ".
Rasulullah Saw pun menjawab " Wahai 'aisyah, ketahuilah justru itulah yang membuat hatiku harus semakin pandai bersyukur. Karena nikmat Allah yang sangat besar itulah menjadikan diriku merasa tidak mampu membalas kebaikan Allah. Lebih dari itu ketahuilah bahwa tadi Malaikat Jibril As, telah datang kepadaku dan menyampaikan wahyu Allah berikut ini :

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Shohib... shohibku ....
marilah kita merefleksi diri, Rosulullah Saw profil manusia yang paling mulia dan terang-terang telah dijamin oleh Allah akan Syurga saja menangis ketika membaca / mendengar ayat Allah di atas, apalagi kita hamba yang penuh dengan lumuran dosa dan belum ada jaminan akan syurga, sangat tidak pantas untuk menyombongkan diri di buminya Allah ini.
Tidak ada kata terlambat, selagi jantung kita masih berdetak, marilah dalam hidup ini banyak untuk mengingat Allah dimanapun, kapanpun dalam keadaan bagaimanapun.

Risalah Syahadat


SEJAUH MANAKAH KITA MEMAKNAI SYAHADATAIN ...?

(Sebuah renungan paling fundamental terhadap Aqidah Islam yang paling mendasar)
Kajian Jama’ah Al Fajar Giriharjo oleh : Barjo Hanugroho

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang


Muqadimah
Ø Secara bahasa aqidah berasal dari kata ’aqoid yang berati ikatan, maksudnya ikatan yang mengikat manusia dengan ilaah-nya.
Ø Secara istilah, aqidah adalah suatu yang wajib diyakini atau diimani dalam hati tanpa keraguan, diikrarkan dalam lesan dan diwujudkan dalam amal perbuatan sehari-hari.
Ø Aqidah Islamiyah adalah ikatan yang mengikat seorang muslim dengan Allah sebagai Ilah-nya. Juga berarti suatu perkara-perkara yang wajib diyakini atau diimani dalam hati seorang muslim tanpa ada keraguan, diikrarkan dalam lesan dan diwujudkan dalam amal perbuatan. Perkara-perkara yang wajib diimani seorang muslim yang dimaksud sudah terformulasi dalam arkanul iman, yang menempatkan aqidah tauhid sebagai dasar yang pertama dan utama, bagi bangunan aqidah muslim. Aqidah tauhid merupakan inti dari ajaran Islam yang merupakan ruh dari seluruh nilai dan syariat yang diajarkan Islam.
Ø Penerimaan tauhid (pengakuan eksistensi Allah, keesaan dan kesempurnaan-Nya) akan mengantarkan keselamatan hidup maslim di dunia dan di akhirat dan mendapat imbalan syurga.
Makna Kalimah Syahadat Tauhid
Kalimah syahadat tauhid yang berbunyi ” Asyhadu an-laa ilaaha illallaah ”
Secara bahasa ”Asyhadu berarti saya bersyahadah”
Secara bahasa kata syahadah, memiliki 3 makna yakni : Al i’lanu (pernyataan), Al wa’du (janji), dan Al qasamu (sumpah).
Kalimah syahadat tauhid ” Laa ilaaha illallaah”, tidak cukup hanya diucapkan saja tetapi lebih jauh harus dipahami maknanya, sehingga dapat merealisasikan konsekuensi-konsekuensi yang muncul dari pengikraran kalimat tersebut.
Kata ”Laa” adalah kalimatun nafii (kata yang menolak) yang berarti peniadaan atau penghilangan segala macam hal. Dalam hal ini yang dimaksud adalah meniadakan segala jenis ilaah (sesembahan)
Kata ” ilaaha” berrti sesembahan, sesuatu yang mendominasi manusia baik dalam hal kecintaan, rasa takut, pengharapan, perlindungan, kepasrahan dan pengagungan. Kata ”ilaaha” disini berfungsi sebagai al munafii (yang ditolak)
”illa” adalah huruf istisna’ (pengecualian) yang mengecualikan Allah dari segala macam jenis ilaah yang dinafikan atau yang ditolak.
”Allah” adalah ilaah yang dikukuhkan (al mutsbitu) untuk disembah .
Jadi kalimah syahadat tauhid maknanya : Pernyataan / janji/ sumpah seorang muslim untuk menolak terhadap segala bentuk ilaah (sesembahan), yang diikuti dengan mengukuhkan Allah sajalah sebagai satu-satunya ilaah.
Seseorang yang telah bersyahadat tauhid berarti telah memproklamirkan dan berjanji untuk mengabdikan dirinya kepada Allah semata, artinya tidak akan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Konsekuensinya seluruh hidupnya hanya untuk taat kepada Allah dan mendaptkan keridlaan-Nya. ” Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku, hanya untuk Allah Tuhan semesta alam”.
Pribadi muslim yang telah mengikrarkan syahadat tauhid, akan menjadikan Allah sebagai ma’bud ( yang disembah) dan menjadikan Allah sebagai Ghayah (tujuan) dalam melakukan sesuatu.
Konsekuaensi lebih lanjut, orang yang telah bersyahadat tauhid, harus bersikap Al bara’ (berlepas diri/ mengingkari/menolak) ilaah- ilaah lain, karena ia harus bersikap Al wala’ (loyal) hanya kepada Allah saja.
Reward/ penghargaan yang diberikan Allah kepada mereka
” Siapa yang mati dan dia tahu (meyakini) Laa ilaaha illallaah, niscaya ia akan masuk surga ”
(H.R : Bukhari-Muslim)

SEJAUH MANAKAH KITA MEMAKNAI SYAHADATAIN
(Sebuah renungan paling fundamental terhadap Aqidah Islam yang paling mendasar)
(seri ke : 2)

Kalimat Laa ilaaha illallah memiliki makna yang sangat luas sekali, antara lain :

1. Laa kholiqa illallah (Tiada Pencipta Selain Allah)

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui. (Q.S. Albaqarah: 21-22)
11. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.(Q.S. Fathir :11)

2. Laa raziqa illallah (Tiada Pemberi Rezeki Kecuali Allah)
3. Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (.Q.S. Fathir :3)

3. Laa ghayata illallah (Tiada Tujuan Selain Allah)

162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
163. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".(Q.s. Al An’aam: 162-163

4. Laa ma’buda illallah (Tiada Sesembahan Kecuali Allah)

14. Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.(Q.S Thaha : 14)
















!

Risalah Ibadah


MENUAI HIKMAH
DI HAMPARAN BULAN RAJAB DAN SYA’BAN

Sebagai Pondamen Kesuksesan Hidup.
Disampaikan pada Kajian Jamaah Muslimah Desa Kentheng Purwantoro
Oleh Barjo Hanugroho

1. Sebagai hamba yang beriman dan bertaqwa, marilah kita selalu untuk bersyukur dan bersabar terhadap terhadap segala keadaan yang menimpa kita. Karena sudah menjadi skenario allah, bahwasannya siklus hidup manusia itu akan berada dalam dua keadaan, yakni nikmat dan musibah / kesenangan dan kesusahan. Itu allah berikan dan perlakukan kepada manusia sebagai batu ujian agar dapat diketahui siapakah hamba yang mutu keimanannya bagus dan siapa hamba yang mutu imannya rendah; siapa hamba yang thoat dan siapa hamba yang ingkar.
Ingat firman Allah QS. Al Mulku : 2
2. Setiap manusia siapapun orangnya, apalagi orang yang beriman pasti mendambakan kesuksesan dalam hidupnya. Sukses itu apa ? meliputi apa saja ? yang pokok dan mendasar adalah sukses spiritual , maksudnya ? ada proses perubahan dari yang dulunya jauh dari Allah menjdai lebih dekat dengan Allah. Islam telah mebgajarkan kepada kita agar dalam hidup di dunia ini kita tidak boleh hanya mengejar sukses duniawi saja tetapi jauh dari itu kita harus mengejar sukses yang lebih kekal yaitu sukses ukhrawi. Islam telah memberikan tuntunan kepada kita bagaimana menggapai keberuntungan/ kesuksesan hidup yang hakiki : Kalau kita ingin memperoleh aflah / kesuksesan, maka syarat pokok yang tidak boleh ditawar-tawar adalah kita harus mendirikan, menegakkan, memelihara ritual ibadah sholat.
Sebagaimana telah allah umumkan di dalam QS Almu’minun 1-2 :
Bagaimana kita bisa khusuk sholat kita, sedangkan sementara ini sholat kita saja tidak kita pelihara/ tidak tegak/ belum benar bacaaan/ belum tahu maksud bacaan sholat.
3. Di bulan rajab ini semestinya kita perlu menyegarkan ingatan kita kembali akan peristiwa sejarah islam yang sangat penting tentang turunnya wahyu perintah sholat dari Allah kepada Nabiyullah Muhamad SAW untuk dinukilkan kepada umatnya yang beriman.
Arti pentinya sholat bagi pribadi muslim :
a. Sholat itu tiangnya agama : Ash-sholaatu ‘imaduddin, faman aqomaha faqod aqo maddin, faman tarokaha faqod hadzaa maddin.
b. Sholah merupakan amal yang akan dihisab pertama kali di yaumul qiyamah
c. Sholat merupakan tiket untuk masuk surga firdaus
d. Sholat merupakan pembatas antara mukmin dengan kafir.
e. Sholat merupakan sarana yang paling efektif untuk membina komunikasi yang baik dengan Allah.
OKI ibadah sholat tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi bagaimanapun juga, kecuali udzur yang diperbolehkan syar’i.
Kesimpulan : Di Bulan rajab ini, seorang muslim diharapkan mendekatkan diri kepada allah dengan meningkatkan ibadah sholatnya. Yang belumtertib agar menjadi tertib, yang sudah tertib agar lebih khusus. Yang biasa munfaris membiasakan berjamaah, yang belum mengajak keluarganya agar mengajaknya. Yang menganggap sholah itu beban menjadi sebuah kebutuhan.

4. Bulan sya’ban merupakan bulan yang dimuliakan, secara syar’i banyak dalil yang memerintahkan umat muslim untuk mengagungkan bulan sya’ban dengan melakukan ikhtiar yang dapat mensucikan hati dengan melakukan ibadah puasa di bulan sya’ban. Rosul bersabda :
MAN SHOUMA
TSALA-TSATA AYAAMIN MIN AWWALI SYA’BAN
WA TSALA-TSATA MIN AUSATHIHII
WA TSALA-TSATA MIN A-KHIRIHI
KATABALLAHU LAHU TSAWAABA SAB’IINA NABIYYAN
WA KAANA KAMAN ’ABADALLAHA TA’ALA SAB’IINA ’AAMAN
WA IN MAATA FII TILKAS SANATI MAATA SYAHIIDAA.

Barang siapa yang berpuasa:
Tiga hari diawal bulan sya’ban, dan tiga hari dipertengahannya, dan tiga hari diakhirnya, maka Allah akan menuliskan baginya pahhala dari tujuh puluh nabi, dan seperti beribadah tujuh puluh tahun, dan jika dia mati pada tahun itu dia mati sebagai mujahidin/ pahlawan syahid.

MAN ’ADH-DHOMA SYA’BAANA :
WATTAQULLAAHA TA’AALAA, WA ’AMILA BI THOO’ATIHII, WA AMSAKA ’ANIL MA’SHIYATI,
GHOFAROLLOOHU TAA’ALAA DZUNUUBAHU
WA AAMANAHU MIN KULLI MAATAKUUNU
FII TILKAS SANATI MINAL BALAAYAA WAL AMROODI KULLIHAA

Barang siapa mengagungkan bulan sya’ban
Dan bertaqwa kepada Allah ta’ala, dan melakukan ketaatan kepada-Nya, dan menahan diri dari berbuat maksiyat,
Maka allah akan mengampuni dosa-dosanya dan memberi keamanan kepadanya dari kemalangan-kemalangan maupun penyakit-penyakit yang terjadi pada tahun itu seluruhnya.


RISALAH ZAKAT


MENGAPA ZAKAT DIWAJIBKAN ...... ?
Disampaikan pada Khotbah Jum’at di Masjid Al Fajar Giriharjo
Oleh : Barjo Hanugroho

Hadirin yang dirahmati Allah
Allah ,Tuhan Maha Tahu lagi Bijaksana, tidak pernah memerintahkan kepada hambanya untuk melakukan suatu perintah/ kewajiban, kecuali perintah/ kewajiban itu mendatangkan kebaikan/ manfaat/ maslahat bagi manusia, dan sebaliknya Allah tidak akan pernah melarang hambanya melakukan sesuatu, kecuali sesuatu itu membahayakan/ mendatangkan keburukan/madhorot bagi manusia. Allah memiliki sifat jaiz yang artinya Allah boleh berbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendaknya, dan kita sebagai hamba Allah yang lemah, yang tidak akan memiliki daya dan kekuatan apa-apa kecuali atas ijin dari allah, sungguh tak sepantasnya kita memaksakan kehendak kita kepada Allah.
Dengan menyadari akan kebesaran dan sifat-sifat baik Allah dan keterbatasan diri kita sebagai hamba, kita yakin bahwa segala sesuatu yang disyariatkan Allah pasti mengandung hikmah yang besar bagi manusia. Dan hikmah tersebut ada yang dengan mudah diketahui oleh manusia, dan ada pula yang tidak mudah diketahui oleh manusia.
Hadirin yang dirahmati Allah
Pada wasiat di mimbar jumat ini, mari kita bersama sama untuk mengasah kecerdasan spiritual kita untuk merenungi atau mentadaburi perintah Allah terkait dengan PERINTAH KEWAJIBAN BERPUASA DI BULAN RAMADHAN. Meski Telah banyak diungkap oleh para pengemban dakwah tentang berbagai hikmah dan keutamaan ibadah shaum ramadhan bagi pribadi mukmin muslim, namun pada kesempatan ini khotib akan mengajak pada diri khotib pribadi dan hadirin, untuk bersama-sama melihat dan mengkaji IBADAH PUASA sebagai CARA atau METODE ALLAH mentarbiyah /mendidik hambanya agar MAU memenuhi KEWAJIBAN MEMBAYAR ZAKAT.
1. Bagi mukmin muslim yang hidupnya berkecukupan dan berlebih, ibadah shaum ramadhan akan memberikan pendidikan langsung bagaimana mereka merasakan hidup dalam kelaparan, sehingga secara fisik dan emosional akan dapat merasakan derita dan kesusahan yang dialami para kaum fukara wal masakin. Sudah menjadi sifat kecenderungan manusia meski menerima karunia nikmat yang banyak dari Allah tetapi terkadang lupa akan berapa banyak nikmat yang ada di tangannya. Dan kecenderungan manusia baru sadar diri akan sesuatu nikmat, tatkala sesuatu nikmat itu telah menghilang dari dirinya. Seseorang yang perutnya selalu kenyang/ hidupnya berkecukupan/berlebih dalam hidupnya, tidak atau kurang bisa memaknai nikmatnya makan sepiring nasi dan lauk pauknya, selagi ia tidak pernah merasa bagaimana lapar dan haus tatkala tidak makan dan minum. Dengan syarit puasa ramadhan ini, mereka dibelajarkan oleh Allah untuk merasakan hidup dalam kelaparan dan kehausan, sehingga rasa syukurnya kepada Allah semakin bertambah.
2. Pada tahapan berikutnya, setelah seorang mukmin muslim itu dibelajarkan oleh Allah selama satu bulan dengan merasakan betapa payahnya hidup dengan kelaparan, akan lahirlah kepekaan sosial akan penderitaan orang-orang yang hidupnya dalam kondisi kefakiran dan kemiskinan. Ibnu qoyyim mengatakan puasa dapat mengingatkan dan menyadarkan orang-orang yang hidupnya bekecukupan dan kaya akan penderitaan dan kelaparan yang dialami orang-orang fakir dan miskin. Sehingga akan menumbuhkan rasa belas kasihan kepada fakir miskin, yang pada tahapan berikutnya sesuai dengan skenario Allah akan lahirlah dorongan untuk mau dan sadar menuaikan kewajiban membayar Zakat yang telah disyariatkan Allah kepada umat mukmin muslim yang mampu, baik Zakat Benda / Zakat Maal maupun Zakat Fitrah.
Hadirin yang dirahmati Allah
Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda .Seorang mukmin muslim yang telah meenuhi syarat-syaratnya dituntut untuk menunaikannya, hal ini bukan semata-mata atas dasar kemurahan hatinya, tetapi ini merupakan kewajiban yang Allah tetapkan untuk dibayarkan dibayarkan.
Mengapa zakat itu diwajibkan ? paling tidak ada 3 alasan yang dapat dijadikan hujah :
1. Allah adalah pemilik alam jagad raya ini dengan segala isinya termasuk harta benda. Seseorang yang beruntung dilebihkan oleh Allah dengan memperoleh harta benda pada hakikatnya hanya menerima titipan sebagai amanat untuk disalurkan dan dibelanjakan sesuai kehendak pemiliknya. Maka tidaklah pantas seorang yang dititipi menolak perintah sang pemilik ang hakiki.
2. Dalam hal materi, meski manusia itu pandai namun hasil-hasil material yang diperolehnya adalah berkat bantuan dari pihak-pihak lain baik langsung maupun tiak langsung. Dengan demikian wajar jikalau Allah memerintahkan orang kaya( orang yang dititipi harta telah mencapai nishabnya) untuk mengeluarkan sebagian kecilnya untuk orang lain yang kekurangan atau untuk kepentingan tegaknya kalimah allah.
3. Manusia pada hakikatnya satu keturunan, antara seseorang dengan lainnya terdapat pertalian darah baik dekat maupun jauh. Pertalian darah itu akan menjadi semakin kokoh dengan adanya rasa kebersamaan dan kepedulian. Hal inilah yang mengantarkan kepada kesadaran menyisihkan sebagaian harta kekayaan khusunya untuk mereka yang sangat membutuhkan baik berupa zakat, infaq maupun shodaqah.
4. Zakat merupakan cara Allah mengajarkan manusia mensucikan jiwanya dan hartanya.
Zakat fitrah atau zakat jiwa untuk mensucikan jiwa pribadi mukmin muslim sekaligus penyempurna ibadah shaum ramadhan. Sabda rasul : Amalan puasa masih tergantung di antara alangit dan bumi. Tidak terbuka baginya pintu langit sampai zakat fitrah ditanaikan. Islam menghendaki iman seseorang menghasilkan amal-amal sholeh. Puasa seseorang sebagai bukti iman, masih memerlukan pembuktian dengan amal sholeh dengan kemauan membayar zakat kepada yang berhak menerimannya.
Zakat maal atau zakat harta akan membersihkan harta kita sehingga memperoleh keberkahan dari Allah. Qod aflaha manzakkaha, waqod khoba mandassaha.
5. Banyak keutamaan/ hikmah-hikmah yang dijanjikan oleh Allah kepada hambanya yang mau menunaikan perintah kewajiban zakat :
a. Orang yang menunaiakan zakat, digolongkan oleh allah sbg orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan digolongkan orang2 yg beruntung. ... Wamimmaa rozaqnahum yun fiquun...Ulaa ika ’alaa hudam mirrobbihim wa ulaa ika humul muflihuun. QS. Albaqarah :
b. Akan memperoleh pahala besar di sisi Allah berupa surga firdaus. Ingat Firman Allah QS. Al Mukminuun : 4 Walladziinahum liz zakaati fa’iluun... ulaa ika humul waritsuun, alladziina yuritsuuna firdausa hum fihaa khooliduun.
c. Akan dibebaskan dari rasa ketakutan dan mereka tidak akan bersedih hati.
Ingat Q.S Al baqarah : 274 : Alladziina amwalahum billaili wannahaari siraw wa ’ala niyatan, falahum ajruhum ’indarobbihim, walaa khaufun ;alaihim walaahum yahzanuum.
d. Mereka berarti telah memberikan haknya para fakir miskin : Ingat QS. Adz dzariyaat :19 : Wa fii amwalihim haqqun lis saaili wal mahruum
e. Akan diganti oleh Allah dengan rizqi yang jauh lebih baik. Ingat QS. Assaba’:39 : Wamaa anfaqtum min syai-in, fahuwa yuhlifuhu (akan menggati), wahuwa khoirur rozziqiin.
f. Akan dikembangbiakkan amalnya : Ingat QS: Al Baqarah 261 :

ã@sW¨B tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZムóOßgs9ºuqøBr& ’Îû È@‹Î6y™ «!$# È@sVyJx. >p¬6ym ôMtFu;/Rr& yìö7y™ Ÿ@Î/$uZy™ ’Îû Èe@ä. 7's#ç7/Yß™ èps($ÏiB 7p¬6ym 3 ª!$#ur ß#Ï軟Òム`yJÏ9 âä!$t±o„ 3 ª!$#ur ììÅ™ºur íOŠÎ=tæ ÇËÏÊÈ
261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.





HIKMAH HALAL BI HALAL


ANDHARAN HASANAH WAL HIKMAH
HALALUN BIL HALALIN
Rinakit : Barjo Hanugroho

Muqadimah :
1. Q.S. Ali Imran : 133 – 136
2. Hadits : Man sarrahu anyamuddalahu fii ’umrihi wa yuwasa’alahu fii rizqii , Fal yattaqillaaha wal yashil rahiimah.
( Shodaqallahul adziim, wa shodaqar rasulullahul amiin)
Amma ba’du :
Bapak- bapak, ibu-ibu, para sederek dalah para kadhang brayat (baraya) agung kulawarga trah __________ingkang insyaa allah dipuntresnani lan dipunmulyakaken Allah, ingkang satuhu bagya dalah mulya.

Alhamdulillah wasyukurillah wani’matillah laa haula walaa quwwata illa billaah
Sedaya puji pangalembana ugi raos syukur matur nuwun ingkang tanpa pepindhan sumangga mawantu- wantu tansah kita aturaken konjuk ngarsa dalem Allah ingkang murbehing kawasa, ingkang satuhu sampun kapareng lan ridlo mbabaraken kanikmatan ingkang tanpa winates lan tanpa wilangan dhumateng kita sadaya, kacihna / katitik ing rikalodhangan rahina ingkang sampun piniji dinten Rebo pahing 5 syawal 1428 H panjengan sadaya lan kula tasih dipunkeparengaken pinanggih ”Bermuajaha/ bertatap muka-bersatu hati” ing sasana /papan punika kanthi kawontenan ingkang sarwi sae (agemanipun sedayanipun sae, pasuryanipun Bihisri wasurur/katawis sumringah sae, insya allah manahipun ugi sae, niat / al qosdu/maksud lan ancas kerawuhanipun ing papan penika inggih sae inggih punika silaatil arham = nyambung kasih sayang/ pasederekan/paseduluran).
Bapak-Ibu, para sedherek dalah para kadhang ....
Miturut wedharing para ulama ingkang sampun lebda ing pitutur pana ing panembah, menawi kita dipun ajak ngaturaken raos syukur panuwun konjuk ngarsa dalem Allah, punika makna babaripun ingkang jangkep : boten cekap namung lesan kita ngucap/ mungel hamdallah ”Alhamdulillah ingkang tegesipun sedaya pangelembana kagunganipun Allah”, ananging manah kita kedah ngraosaken kanthi konjem nikmat peparingipun Allah ingkang sampun lumeber – amber dhumateng kita”. Kangge gambaran nyata kemawon : pepanggihan penjenengan sadaya lan kula ing sasana lan swasana punika boten uwal saking ridlo lan skenarionipun Allah. Sumangga dipunraosaken/ dipun penggalih , panjenegan saged rawuh lan kula saged dhateng/sowan ing papan punika mokal saged kalampahan menawi boten gadhah modal lan prasyarat. Modal lan prasyaratipun punapa ? ingkang sepisan : Tasih dipun paringi nikmat umur kangge gesang , mokal panjenengan saged rawuh, pinanggih sedaya kulawangsa menawi kontrak panjenegan ing ngalam donya punika sampun telas. ibaratipun panjengan kagungan SIM punika jangka waktu berlakunya belum habis, ibarat pemain sinetron punika jam tayangi kontrakipun dereng telas. Punapa wonten sedherek dalah kadhang ingkang ing rikalodangan HBH kulawarga ing warsa kapengker tasih saged rawuh amargi tasih kaparingan nikmat umur, sedeng ing rikalodangan punika boten saged rawuh malih amargi sampun katimbalan marak sowan wonten ngarsanig Allah ? Ajal manungsa punika sewetahipun hak prerogratif Allah ingkang boten saged kaganggu gugat. Babagan punika jumbuh-gambuh kaliyan pangendikanipun allah : Fi Kulli umati ajalun. Faidajaa ajaluhum laa yastkhiruna sa’atan walaa yastakdhimuun. Wa qola ’idhon : Innal mautaladziina tafiruna minhu, fainnahu mulaaqikum, tsumma turodduna ’alaa ’alimil ghoibi wasyahadati, fayunnabiyyukum bima kuntum ta’lamun.
Ingkang angka kalih : Tasih dipunparingi nikmat sehat . Mokal panjenengan saged rawuh ing sasana punika, menawi panjengan dipunkirangi nikmat sehatipun alias / gerah ingkang nemen, mangga dipun raosaken kathah sedherek- sedherek muslim ingkang ing dinten kemenagan ’idul fitri punika kedah ikhlas, sabar berbaring wonten panti- panti pengobatan/ griya sakit amargi katemben nampi ujian sakit saking ngarsa dalem Allah . Kanthi punika kita kedah romaos bilih sehat punika mujudaken nikmat ingkang nilainipun ageng sanget. Bebasan wiwt saking pucuking rikma ngantos dumugi dlamakanipun suku punika ngemot nikmatipun allah. Malah jaman samangke IPTEK modern sampun saged paring seserepan bilih satuhune jasading manungsa punika karipta dening Allah boten kirang saking 25 milyar sel. Ingkang saben- saben peranginipun sel nggadahi fungsi lan gina ingkang piyambak-piyambak. Menawi seperanganing sel punika sulaya kayata wonten syaraf pembuluh darah ingkang kajepit/ trobel, manungsa saged kenging penyekit stroke. Ingkang angka tiganipun : Tasih dipunparingi nikmat sempat/ kalonggaran. Mokal panjenengan sadaya saged rawuh ing adicara HBH ing rikalodangan punika menawi Allah boten maringi kalonggaran manah lan wedal. Allah ingkang sampun bikak manah kita, Allah ingkang sampun nuntun lan mbimbing langkah tindak panjenengan saking dalem dumugi ing sasana punika. Kathah ing titi wedal samangke, sedherek-sedherek kita ingkang katemben ribed,jibeg lan repot amargi katemben pikanthuk musibah bencana alam kados wonten Bengkulu, sulewesi lan daerah sanesipun.
Bapak Ibu Para sedherek dalah para kadhang, tigang nikmat punika ingkang kedah kita raosaken wonten manah kita kinarya asyukru fil qolbi. Selajengipun jangkepipun makna syukur kejawi asyukru fi lesan, asyukru fil qolbi ugi kedah dipun wujudaken wontening amaliyah ingkang kawastan asyukru fil arkan. Wujud syukur wontening amaliyah, wujud contonipun kersa rawuhipun panjenegan wontening hadza majelis punika sampun nedhahaken menawi panjengan syukur nikmat.
Bapak-Ibu, para sedherek dalah para kadhang ....
Njumbuhaken kaliyan dawuh saking panjengan lumantar kadhang kula sepuh nun inggih panjenganipun raka mas _____ , kula katimbalan marak sowan wonten ngarsa panjenegan sadaya kinen matur ngengingi hasanah wal hikmah HBH. Miturut seserepan ingkang nate kula tampi saking ujaring para mu’alim- ulama, Halal Bi Hilal yektosipun mujudaken satunggaling tradisi budaya ingkang sampun makantar ngrembaka wonten laladan tanah nuswantara Indonesia, khusussipun wonten tradisi masyarakat jawa, khusususon jawa tengah khususson masyarakat wonogiri khususson malih wonten masyarakat domas wonogiri. Tradisi HBH punika mujudaken salah satunggaling tardisi ingkang dipuntindakan dening masyarakat kangge maharya dinten riyaya ’idul fitri. Dados tradisi HBH menika wonten rangkaianipun kaliyan ibadah shaum romadhan saha dinten ariyaya idul fitri.
Bapak-Ibu, para sedherek dalah para kadhang ....
Nadyan tho HBH punika namung mujudaken satunggaling tradisi masyarakat, ananging menawi kita pirsani, lajeng kita raosaken lan kita penggalih, saestru tradisi HBH punika nggadahi kesaenan- kesaenan / hasanah ingkang kathah ugi hikmah ingkang saged kita pendhet kinanrya gegebenganing gesang.
Punapa tho hasanah wal hikmatul HBH punika ?
1. HBH Kasunyatanipun saged dipunginakaken kinarya sarana
LITA’ARUF (Srana tetepungan supados wanuh saestu ing antawisipun sedulur)
Sumangga kita sesarengan migatosaken , tumunten mangke kita raosaken dan kita penggalih, firmanipun Allah ingkang saestu kita yakini leresipun. Kasebat wonten QS. Al Hujarat (13) : Yaa ayyuhannaas, inna kholaknakum min dzakaari wa unsa, waja’lnakum tsu’ubaw wa qaabaila lita’arufu, inna akramakum ’indallahu atqakum.
Ingkang teges utawi werdinipun : Hai para manungsa kabeh ( ya kaulaningsun kabeh), sejatine ingsung wus nyiptakake sira kabeh saka wong lanang siji lan wong wadon siji, banjur Ingsun dadekne sira kabeh berbangsa-bangsa lan bersuku- suku bangsa, supayane sira kabeh padha srawung/ tetepungan siji kalawan sijine. Sejanine manungsa kang paling mulya/ paling terhormat/paling terpuji mungguhing Allah yaiku kang paling taqwa ing antaraning sira.
Kanthi adedasar firmanipun allah ingkang kaemot wonten QS.Al Hujarat (13) kalawau, kita saged mendhet hikmah / pelajaran ingkang ang antawisipun :
· Manungsa kedah mangertosi lan rumaos bilih piyambakipun punika namung jejering makhlukipun Allah (kholaqa =ciptaan), pramila kedah ikhlas nampi jejibahaning makhluk dhumateng sang kholik inggih punika kinarya abdillah utawi hambanipun Allah. Pramila punapa ingkang dados dawuhipun Allah boten wonten pilihan kanggenipun Abdi / hamba amung kejawi SAMI’NA WA ATHO’NA ( sendika dawuh gusti)
· Manungsa penduduk bumi ingkang jumlah wilanganipun kathah (milyaran)punika sayektosipun dipunciptakaken dening Gusti Allah asalipun saking piyantun kakung setunggal lan pawestri setunggal (Nabiyullah Adam AS kaliyan Ibu Siti Hawa). Firman punika kedah kita yakini. Yen makaten pramila dados cetha kanthi wela kegla ketok mata, yen menawi sejosipon sedaya manungsa ingkang gesang wonten lumahing bumi kurubing langitipun Allah punika sedayanipun sedulur.
· Saklajengipun saking Nabiyullah Adam AS lan Ibu Hawa, nurunaken keturunan lan ngrembaka dados berbangsa-bangsa lan bersuku- suku bangsa.
· Manungsa ingkang sampun kadadosaken berbangsa bangsa lan bersuku- suku bangsa kalawau, boten kadawuhan dening allah sami padha congrah/ memengsahan ing antawising bangsa kaliyan bangsa, suku kaliyan suku, setunggal kaliyan satunggalipun, ananging kadawuhan dening Allah supados LITA’ARUF ( srawung tetepungan kanthi sae). Nach punika jumbuh utawi gambuh kaliyan firmanipun Allah, panjenengan sedaya ing rikalenggahan punika sampun netepi dawuhipun Allah Lita’aruf lumantar bingkai Acara HBH ( punika hikmah ingkang angka sepisan)
· Lajeng Gusti Allah paring pengumuman dhmumateng para manungsa sadaya, Inna akramakum ’indallahi atqakum” kang tegesipun sejatine manugsa kang paling mulya/ paling terhormat ing ngarsanipun Allah yaiku kang paling taqwa ing antaraning sira/ ingkang paling taat,tunduk patuh ing antare sira”
Bapak, Ibu para sedherek dalah para kadhang
Ayatipun allah QS.Alhujarat ingkang sampun kajlentrehaken kalawau yektosipun kejawi ngemot suraos bilih manungsa ing dalem gesangipun punika kadawuhan lita’aruf, ayat punika ugi paring seserepan dhumateng kita para manugsa, bilih ukuran kamulyaning manungsa utawa kehormatanipun manungsa miturut penilaianipun Allah punika dipun ukur kanthi derajat taqwanipun manungsa. Ing ngriki jelas lan gamblang bilih saksintena ingkang kepingin pikantuk predikat terhormat/ termulia ing ngarsaning Allah, saratipun setunggal : dadosa manungsa ingkang taqwa. Derajat ketaqwaanipun hamba punika ingkang kangge nemtokaken peringkat manungsa wonten ngarsaning Allah sanes glegering sarira, sanes pasuryaning manungsa lan sanesipun. Jumbuh kaliyan pangandikanipun Kanjeng Nabi : Innaloha laayanzuruuna ilaa ajsamikum, wa ilaa showarrikum, wa lakin yandzuruuna ilaa biquluubikum.
Para sedherek,
Menawi kita migatosaken kawontenan wedal samangke, wontenipun kasunyatan lan kadadosan wontenipun manungsa ingkang tetela tegel milara dhumateng tiyang sanes, jarah rayah, memperkosa agengipun menjaya tiyang sanes, bab punika boten linggar saking sebab amargi piyambakipun supe, boten eling bilih piyamtun ingkang dipunaniyaya punika yektosipun tasih sedherekipun piyambak. Bab punika dipunsebabkan boten srawung tepung kanthi sae (lita’ruf). Wonten tetembungan ”tak kenal tak sayang” ngampil istilah latin ”Homo homoni lupus”.
2. HBH saged dipun ginakaken sarana silaatil Arham/ silatur
rahmi/silaatur rahiim utawi nyambet tali pasedherekan/ kasih sayang.

Supados kita sedaya gamblang babagan hikmah HBH angka kalih punika, sumangga kita migatosaken Firmanipun G. Allah wonten QS. Ali Imran 112 :
Dzuribat ’alaihim mudzillatu ’ainama tsuqifu, illa bi hamlim minallah wahablim minannaas.
Ingkang teges utawi werdinipun :
Dheweke manungsa bakal katiban / nemoni kasengsaran/ kasusahan/penderitaan ana ing sadengah papan/panggonan, amung kejaba manungsa kang tumindhake becik menyang G. Allah lan kang tumindake becik menyang sasama manungsa.
Kanthi adedasar firmanipun G. Allah ingkang kaemot ing QS.Ali Imran 112 kalawau, kita akhiripun pikanthuk seserepan lan saged mendhet hikmah pelajaran bilih : Menawi manugsa punika gadhah penggayuh murih gesangipun pikanthuk kebahagyan tuwin sejahtera wonten ing sadengah panggenan, resep utawi saratipun wonten warni kalih garis pokokipun :
1. Bina, bangun sesambetan ingkang sae kaliyan G. Allah (Hablum Minallaoh) Kados pundi caranipun ? Caranipun kita kedah saged mujudaken punapa –punapa ingkang dados hakipun Allah. Punapa ingkang dados hakipun Allah ? Hakipun Allah garis agengipun warni kalih, kados sampun dipunterangaken Allah piyambak wonten QS.Annisa (36) :Wa’budulloha, walaa tusyrikuu bihii syai-an : Lan sembahlah Allah, lan aja nyekutoke G. Allah kalawan apa wae.
Langkung mandes malih G. Allah wontening QS Al Bayyinah (5) ugi paring ketegasan : Wamaa umiruu illa liya’budullooha muhlishiina...: Lan nora diperintah sira amung kejaba supaya nyembah menyang Allah kanthi ikhlas.
Lajeng kangge nggayuh sesambetan ingkang sae kaliyan Allah, maungsa ugi boten pareng nyekutokaken Allah kaliyan punapa kemawon. G. Allah sampun paring ketegasan wonten Q.S. ________: Innalloha laayaghfiru anyusyrokabihi, wayaghfiru duna dzalika liman yasyaa. Waman yusyriku billah, faqod dhola, dholalan ba’iidan : Sejatine G. Allah nora bakan paring pangapura marang dosa syirik, ananging G.Allah bakal paring pangapura dhumateng dosa saliyane marang sapa wae kang dikersakake. Lan sapa wonge kang nyekutokake G. Allah, maka dheweke wus tumindak seser kang adoh banget.
2. Bina bangun sesrawungan/ sesambetan ingkang sae ing antawisipun sesaminipun gesang (Memayu hayuning sasama/ Hablum minan naas)
Gegayutan kaliyan babagan punika Rasulullah nate paring pangandikan : Laa yad khulil jannata, qati’ur rahiim : Nora bakal mlebu suwarga, wong kang medhotke tali paseduluran.
Supados gamblang kula badhe nyariosake satunggaling riwayat nate rikala wonten satunggaling majlis, rosululloh ndangu / asung pitaken dhumateng para sahabat : Atatruuna ’anil muflis ? shohabat paring pawangsulan ingkang maneka warna akhiripun atur pawangslan: Allah wa rosulullohu a’lam. Rosul lajeng paring pangandikan : Innal muflisa lil umati min yaumil qiyamah, man yakti min yaumil qiyamah ash-sholat, waz zakat, wash-shiyama. Ananging sayangipun, piyambakipun sowan ngarsaning Allah wontening dinten qiyamah ugi wa yakti qod tsatama hadza ( sowan ngarsaning allah bekta dosa amargi nate numpahaken darah / menganiaya agengipun merjaya tiyang ingkang haram dipunperjaya) Waqod maala hadza ( lan dosa amarga asring tumindak ngrampas hartanipun tiyang sanes),
Caranipun kados pundi ? G. Allah wonten QS.Annisa (36) ugi sampun paring pitedhah kanthi wenteh : 1) Wabil walidaini ihsan (Tumindak becik marang wong tuwane sakloron), 2) Wabidil qurba (Lan marang karib-kerabate), 3) Wal yataamaa wal masaakiina ( lan marang bocah yatim lan wong –wong miskin), 4) Wal jaaridil qurbaa (lan marang tangga kang cerak), 5) Wal jaaril junubi (lan tangga kang adoh) 6) washohibil janbi (lan marang kanca sejawat/ shohabat),7) Wabnis sabiil (lan marang ibnu sabil/ musafir), 8) wa maamalakat aimaanukum (lan marang hamba sahaya /budak budakira ). Innalloha laa yuhibbu man kaana mukhtaalan fakhuuraa. ( sejatine G Allah nora remen marang wong- wong kang gumede/sombong lan seneng mbanggakake pribadine)
Bapak Ibu, para sedherek dalah para kadhang
Kejawi saking punika sinten kemawon ingkang remen dhumateng silaturrohim G allah badhe paring pahala kesaenan ingkang ageng sanget. Kados dene ingkang nate dipun ngendikakaken Kanjeng Nabi : Man sarrahu anyamuddalahu fii ’umrihi, wa yuu wassaa’a fii rizqi, falyataqillaha wa yashil rahiima: Sing sapa wonge kepingin didawake umure lan dijembarke rezekine, maka taqwaha menyang Allah lan jalinen tali paseduluran ing antaraning manungsa.
3. HBH kasunyatanipun saged dipun ginakaken kangge sarana ’afiina aninnaas, wa shilaatil khusuf wa taubatul lillah.
Kangge njelentrehaken babagan punika, panjnegan sadaya kula derekaken migatosaken, mangke dipun raosaken firmanipun G. Allah wonten QS. Ali Imran 133-136 :
Gegayutan kaliyan wa’afiina ’anin naas, punika kita kedah sadar lan rumaos bilih manusia punika jalma limrah, titah sawantah mesti boten uwal saking kadunungan sifat salah/ luput lan lali . Jarene manungsa ”menus-menus kakehan dosa”, Kenginging punapa manungsa punika boten saged uwal saking dosa ? al Insaanu mahalul khoto’ wanishan. Al imaanu zazidu wa yankus.
Gegayutan masalah taubatulillah, kathah firmanipun G. Allah ingkang nganjuraken manungsa supados taubat.: Yaa ayyuhalladziina aamanu tubu ilallah, wataubatan nashuhan. Wonten keyakinan agami ingkang kita rasuk, ibarat dosa itu racun, taubat itu adalah obat penawarnya, ibarat dosa itu kotoran maka taubat adalah pembersihnya/cleaner.
Taubat ingkang badhe dipuntampi dening allah inggih punika taubatan nashuuhan, ingkang saratipun dipun jelasaken wonten Q.S Ali Imran kalawau lan wonten Kitab Riyadush sholihin pasal perihal tobat dipun jelasaken :
Menawi dosa punika gegayutan kaliyan haq tullah , saratipun tobat punika wonten 3 :
· Nglereni tumindak dosa mau sanalika, amargi ajrih dhumateng allah. amarga dheweke wus mangerteni yen tumindake mau dosa. ( Dzakarulloha wastaghfaru lidzunubihim)
· Nggetuni tumindak dosane mau.
· Duwene kaanteban : nora bakal mbaleni tumindak dosa mau, sedeng dheweke wus mangerteni ( Walam yushiruuna ’ala maa fa’alu wahum ya’lamuun)
Ananging menawi dosa punika gegayutan kaliyan haqul adam ( sesamine manungsa) sarat katampi tobatipun manungsa ingkang tumindak dosa kalawau waonten 4 :
Ingkangkang 3 sami kaliyan kalawau lan katambahan ingkang setunggal inggih punika : kedah ngrampungaken urusanipun kaliyan manungsa ingkang dipundholimi, wonten ngriki menawi dosa punika amargi colong jupuk, inggih kedah caranipun ngrampungaken kedah dipunpulihaken/ dipunwangsulaken utawi nyuwun dipunhalalaken. Menawi dosa kalawau amargi natoni manahipun tiyang sanes, inggih caranipun nyuwun dipunhalalaken/ dipunampunten lsp.

4. HBH saged dipunginakaken kinarya sarana kangge dedonga sesarengan mugi G.Allah ndadodaken kita golonganipun tiyang ingkang ’aidul Fithri/ ’aidul fithrah.
Jumbuh kaliyan keyakinan ingkang kita yakini leresipun, bilih tiyang- tiyang ingkang beriman sesampunipun nindakaken shaum ing wulan romadlon dalssan amaliyah ibadah sanesipun , kanthi dipun lambari kanthi iman lan ihtisab, maka piyambakipun badhe dipun apunten dosa kalepatanipun lir kadya bayi ingkang nembe medal saking gowa gambaning sang ibu.. ateges wangsul dhumateng kawontenan fitrahing manungsa. Punapa tegesipaun wangsul dhumateng fithrah punika ?
a) Wangsul dhumateng fithrah menika tegesipun wangsul dhumateng kawontenan / kahanan rikala asal kedadosanipun. Kangge negesi bab punika sumangga kita migatosaken firmanipun Allah kasebat wonten Surat Al A’raf 172 :
øŒÎ)ur x‹s{r& y7•/u‘ .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍ‘qßgàß öNåktJ­ƒÍh‘èŒ öNèdy‰pkô­r&ur #’n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4’n?t/ ¡ !$tRô‰Îgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x‹»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ
172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Kanthi lelandesan firmanipun Allah kalawau saged kita mengersosi bilih rikala ruh punika badhe diun tiupaken dhateng jasadipun bayi wonten gua garbaning ibu, punika sampun nggadahi ikrar/ al i’lan/ al qassam/ al wa’du, mangke namung badhe nyembah an ngabekti dhumateng Allah.

b) Fitrahing manungsa punika rikala nembe kalairaken ing alam donya punika kahananipun punika suci/ bersih saking noda/ dosa. Kullu mauluudin yulaadu ’ala fitrah. Mboten wonten keyakinan ing agami kita ingkang nerangaken bilih bayi lahir punika betha dosane bapakipun. Sarjana inggris John locke pencetus teori empirisme ugi nate ngendika wonten satunggaling teori ngengingi perkembanganipun manungsa: Bilih bayilahir wontening alam donya punika kadya tabularasa.
c) Fitrahing manungsa punika secara kodrati mahluk ingkang hanif boten saged gesang menawi boten wonten pambiyantunipun tiyang sanes ( homo socius). Manungsa secara fitrah sadar gesang maungsa punika badhe bermakna menawi gesang sesarengan kanthi sae kaliyan manugsa sanes. Pramila manungsa secara fitrah gadhahi nilai-nilai kamanungsan. Ewodene kok wonten manungsa ingkang tegel memangsa manungsa sanesipun ateges manungsa kalawau sampun uwal saking fitrah. Pramila amargi G. Allah punika maha rahman lan rahiim, pramilka allah maringi kasempatan dhumateng manungsa kangge wangsul dhumateng fitrah kanthi cara kadawuhan nindakaken shaum lan iibadah romadlon (treatmen).
Kenging punapa manungsa saged lepas saking fitrah manungsa, sahingga dados langkung keji katimbang satru kewan galak ? amargi manugsa boten saged ngendaleni hawa nafsu ( musuh paling ageng kita = jihadu kubra)
Hawa nafsu manungsa menawi dipunturuti tanpa kendali punika boten wonten ram,pungipun : Gadah mobil 1 kepengin 2: gadhah bojo wus ayu isih kurang ayu maneh: sampun gadah panguwasan kepingin panguasan ingkang langkung inggil malih. Gesang wegal rekasa ning pengine mulya bebasan kecil dimanja-manja, remaja befoya-foya, tuwa kaya raya, mati masuk surga.








MEMBANGUN KELUARGA BAHAGIA....?


BAGAIMANA MEMBANGUN KELUARGA YANG BAHAGIA, KEKAL DAN SEJAHTERA …?
Sebuah uraian hasanah wal hikmah walimatul ‘ursy
Oleh : Barjo Hanugroho


Bapak Ibu, nyuwun pangapunten saderengipun amargi kula kajibah matur kinen ngandaraken mau’idoh hasanah/ ular-ular / piweling-piweling sae kangge nuturi manten. Ing mangka kula pribadi rumaos tasih kirang seserepan lan kirang pengalaman babagan punika, pramila ing ngriki kula dapur sadermi ngaturaken pitutur-pitutur sae ingkang nate kula tampi saking ujaring para pinter alim ulama. Lan piweling punika khususipun kula tujukaken dhumateng putra temanten kekalih.
Sagung para rawuh para lenggah ingkang satuhu kula urmati, khususipun dhumateng putra temanten sakaliyan ingkang berbahagia.
Sinten kewala pinyantun ingkang sedya mangun kulawarga / nikah utawi omah-omah, punika rikala awalipun mesti kewala gadhah panggayuh gadhah idam-idaman, kados pundi supados samangke saged mbina lan mujudaken kulawarga ingkang bahagia , sejahtera lan kekal. Bahagia punika tegesipun saged ngaraosaken gesang ingkang ayem (aman), tenterem lan pikantuk kedamaian. Dene sejahtera punika tegesipun gesangipun kacekapan pangan, sandang, papan ugi kesehatan lan saged katampi wonten sesarawungan ing masyarakat. Dene kekal punika ngemu teges kulawarga ingkang dipunbangun punika saged langgeng, secara lahiriah boten badhe putus amung kejawi menawi salah setunggalipun sedha lan secara batiniah tetep mujudaken pasangan ingkang bahagia wiwit donya ngatos akhirat.
Sapunika tuwuh satunggaling pitaken punapa tiyang ingkang mangun kulawarga mesti kasembadan saged mbina kulawarga ingkang bahagia sejahtera lan kekal ? jawabipun wonten ingkang kasembadan lan wonten ugi ingkang boten kasil.
Niyat awalipun mangun kulawarga punika gadhah panggayuh murih bahagia (ayem, tenterem lan damai) anjanging ingkang dipun alami malah kosok wangsulipun inggih punika : tercekam, menderita lan tersiksa.
Niyat awalipun sedya mangun kulawarga ingkang kekal, ananging kasunyatanipun wonten ingkang putus ikatanipun.
Kanthi punika prelu sanget kanggenipun piyantun ingkang sedya lan ingkang sampun mangun balewisma, punika kedhah mangertosi saestu lan nyadari pentingipun ngokohaken pondasinipun bangunan kulawarga.
Punapa ingkang dados pondasi bangunan kulawarga punika ?
Paling boten wonten 3 perkawis :
1. dasaripun/ lelandesanipun nikah kedah leres
2. Alesanipun nikah ugi kedah leres
3. Ancas utawi tujuanipun nikah inggih kedah leres.
Dasaripun nikah
Supados saged mujudaken kulawarga ingkang bahagia, sejahtera lan kekal, piyantun ingkang nikah punika kedah dipunlandesi/ didasari keyakinan ingkang kiyat bilih :
1) Nikah punika nindakaken dawuhipun Allah (Sunnatullah) ateges nikah punika dipun landesi kanthi niyat ibadah, ateges badhe pikanthuk pahala menawi dipuntindakaken kanthi saksae-saenipun, kosok wangsulipun badhe pikanthuk pidhana dosa menawi boten dipuntindakaken miturut paugeraning agami.
Klebet sesambetan suami isteri punika sampun penak malah pikantuk pahala.frimanipun Allah wonten Surat An Nur
(#qßsÅ3Rr&ur 4‘yJ»tƒF{$# óOä3ZÏB tûüÅsÎ=»¢Á9$#ur ô`ÏB ö/ä.ÏŠ$t6Ïã öNà6ͬ!$tBÎ)ur 4 bÎ) (#qçRqä3tƒ uä!#ts)èù ãNÎgÏYøóムª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ª!$#ur ììÅ™ºur ÒOŠÎ=tæ ÇÌËÈ
32. Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.

[1035] Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.

2) Nikah punika ngleksanani sunaturasulullah
Annikahu sunnatii, waman raghiba ’an sunnatii falaisa minnii (H.R Bukhari-muslim)
Kanthi pangertosan lan kasadaran bilih nikah punika dasaripun ibadah, netepi dawuhipun Allah lan Rasulullah, piyantun badhe njagi lan nindakaken jejibahan ing dalem berkeluarga pnk kanthi saksae-saenipun, berkeluarga dipunsadari mingangka ladang amaliyah ibadah ( sejtosipun sholat kula, ibadah kula, gesang dan pejah kula namung kangge allah pengeran jagad saisine), boten badhe nyia-nyiakan kesempatan berkeluarga pnk kangge bab-bab inbgkang boten sae. Boten badhe ganpil putus asa ngadepi pacoben ing dalem berumah tangga.
Alesanipun nikah
Supados saged mujudaken kulawarga ingkang bahagia, sejahtera lan kekal, piyantun ingkang nikah ugi kedah gadah alesan ingkang leres kengeing punapa piyambakipun nikahi si fulan ?
a) hartanipun b) keturunanipun c) kecatikanipun, utawi agaminipun ingkang sae.
Rasulullah sampun paring tuntunan HR. Bukhari Muslim :
TUNKAHUL MAR’ATU LI ARBA’I
TUNKAHU MAR’ATU LI MAALIHAA
TUNKAHU MAR’ATU LI HASABIHAA
TUNKAHU MAR’ATU LI JAMAALIHA
TUNKAHU MAR’ATU LIDIINIHAA

FAD-FAR BIDZAATIL DIINI
TARIBAT YADAKA.
Wanita iku dinikahi amarga 4 perkara :
Wanita iku dinikahi amarga sugih hartane
Wanita iku dinikahi amarga keturunane wong drajat
Wanita iku dinikahi amarga kecantikane
Wanita iku dinikahi amarga apik agamane

Pilihen wanita kang apik agamane,
Sira bakal selamet.

Tujuanipun nikah
Supados saged mujudaken kulawarga ingkang bahagia, sejahtera lan kekal, piyantun ingkang nikah kedah mangertosi lan ngugemi saestu tujuanipun nikah ingkang leres : Q.S Ar rum 21 :
Ø Supados ayem tentrem
Ø Supados mbina kulawarga ingkang kebak kasih lan sayang ( kulawarga sakinah,mawaddah warahmah)
ô21. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Kejawipun mangertosi dasar, alesan lan tujuanipun nikah ingkang lesres kalawau, supados saged mujudaken kulawarga ingkang bahagia, sejahtera lan kekal :
1. Wontenipun raos saling pengertian : Suami ngerti kewajibanipun, isteri ugi mangetosi jejibahanipum. Suami isteri saling ngrerti lan memahami kawontenanipun,kelemahan lan kelebihanipun pasanganipun. Nuntut samukawis di luar kemmpuan pasanganipun, punika samukawis ingkang boten pas lan ampun dipunlampahi.
Sekedar ngetaken mawon pnp kuwajibanipun suami ? Ngayomi, mbimbing isteri, paring nafkah lair lan batos jumbuh kaliyan kemampuanipun, WA’ASYIRUU HUNNA BIL MA’RUF, mempergauli isteri kanthi cara ingkang becik. Menawi pirsa wonten ingkang boten ngremenaken wonten isteri bersabarlah, saged ugi Allah ndadosaken samukawis ingkang miturut manungsa punika boten sae, justru dhatengaken kesaenan ingkang kathah.
Lajeng punapa kuwajibanipun isteri : taat dhumateng suami jer punika boten kinen bermaksiyat dhumateng allah. Isteri ingkang sae ngendikanipun Rasulullah :
KHOIRUN NISAA-I : MAN TASURRUKA IDZAA ABSHORTA : WA TUTHI’UKA IDZAA AMARTA : WATAH-FADU GHOIBATAKA FIINAFSIHAA WA MAALIKA.
2. Saling nampi kasunyatan
Tiyang ingkang iman, pitados bilih rixki, jodo lan pati punika wonten panguwasaning gusti Allah, mila boten saged dipunetang kanthi matematis. Pramila jodoh kita kedah kita tampi kanthi mannah ingkang ikhlas.
3. Saling memupuk rasa cinta
4. Sabar nampi ujian rumah tangga
5. suka memaafkan
6. ulet lan tekun dalem berusaha lan berdoa.

Monday 8 June 2009

MESKI BERDEBAR , TETAP TAWAKAL .....







Salam, setelah mengikuti ujian nasional SMA, kini siswa SMA masih menunggu saat yang mendebarkan hasil ujian Nasional. Pengumuman Ujian Nasional baru akan disampaikan tanggal 13 Juni 2009 untuk siswa SMA. Dengan berharap, bercampur rasa cemas siswa SMA menunggu hasil pengumuman tersebut. Untuk siswa yang tergolong KELOMPOK pandai, ada seberkas harapan untuk lulus. tetapi untuk siswa yang masuk KELOMPOK bawah/bodoh, agak cemas menunggu kabar itu. Hal ini juga terinspirasi dengan berita bahwa ada 19 SMA yang notabene termasuk SMA favorit diberitakan LULUS 0 %. Mengapa hal itu bisa terjadi?? Siapa yang perlu disalahkan dalam hal ini?? Difikir secara logika aja, gak mungkin SMA yang tergolong SMA favorit termasuk LULUS 0 %. Inilah sebagian wajah sistem pendidikan kita. Rasanya gak masuk akal, bila SMA yang tergolong favorit termasuk LULUS 0 %. Menurut prediksi penulis, ada pihak tertentu yang punya kepentingan tertentu terhadap hal ini. Belum bisa dipastikan siapa yang perlu dicurigai dalam hal ini Wallahu bis showab, wassalam

 
Design by Automotive | Bloggerized by Free Blogger Templates | Hot Deal